
Libur lebaran kemarin selagi mudik
ke
kampung halaman saya membawa bekal beberapa buku sebagai teman
menghabiskan waktu. Salah satunya buku Semiliar Cinta untuk Ayah ini.
Fresh baru saya beli sehari sebelum mudik, dan saya tertarik dengan
judulnya yang cukup
eye catching. Paling tidak, untuk saya yang sudah hampir 3 tahun berpisah dengan sosok Bapak tercinta.
Benar, buku ini buat saya lebih bersifat emosional. Kehilangan Bapak 3
tahun lalu seringkali masih menyisakan sedih. Bukan, bukan karena sedih
lantaran (saya yakin) insya ALLAH beliau lebih disayangiNya sehingga
dipanggil duluan. Namun sedih yang selalu muncul kala teringat di
hari-hari terakhirnya bersama kami, saya tak bisa mendampingi bapak,
bahkan hingga penghujung nafas terakhirnya.

Buku terbitan Gema Insani Press ini berisi kumpulan kisah-kisah tentang
sosok seorang Ayah di mata para penulisnya. Bagaimana seorang anak
memandang keberadaan dan keberartian sosok ayah. Mereka mendeskripsikan
sosok ayah masing-masing. Mereka bercerita tentang kasih sayang seorang
ayah, bagaimana ayah masing-masing mendidik mereka di saat kecil.
Lugas. Semua mengalir lepas, menurut penceritaan masing-masing
penulis. Dan tentu saja yang menarik, masing-masing penulis
memiliki cara tersendiri untuk mengungkapkan dan mengeja cinta mereka
bagi sosok ayah, dan semuanya unik

.
Ada sosok ayah yang mendidik dengan semi militer, sosok ayah yang
tegas, ayah yang demokratis, ayah yang (dianggap) pemarah dan galak
dst. Seakan kesan yang selama ini muncul bahwa Ayah dianggap
galak dan keras benar adanya. Di sisi lain, dibalik ketegasan dan
ke”galak”an seorang ayah, ternyata tersimpan kasih sayang
yang mendalam bagi anak-anaknya. Buku ini selain mengingatkan kita
tentang kasih sayang seorang ayah, juga mengingatkan para ayah untuk
terus belajar menjadi sosok orangtua yang baik bagi anak-anaknya.
Sejujurnya, di beberapa kisah saya terbawa mbrebes mili, menangis.
Beberapa kisah sosok ayah dalam buku tersebut berkali-kali mengingatkan
saya pada bapak. Dalam banyak hal. Dan saya bersyukur memiliki
seorang ayah seperti bapak.
The greatest gift I ever had came from God, I call him Dad
_menjelang.sepertiga.malam.terakhir_
_di.tengah.kerinduan.kepada.bapak_
0 komentar:
Posting Komentar